Rabu, 25 Mei 2011

Yuuuk menulis lagiii...

Seneng banget tanggal 17 Mei 2011 kemarin tayang juga artikel pertamaku di The Urban Mama (TUM)... hihihi... biasanya nulis buat di blog sendiri tapi yang kali ini bisa tayang di web community macem TUM...

Menulis mengingatkanku pada beberapa dekade yang lalu...

Pertama, waktu SD, aku pernah di drill oleh guruku untuk ikut lomba mengarang, inget banget jaman itu belum musim ada yang namanya komputer...jadi karangan itu ditulis tangan di kertas folio bergaris dengan huruf tegak bersambung... ooohh... gimana ga inget...revisi berkali-kali-kali-kaliii... dan tetep harus fokus sama pelajaran yang lain juga... jadi baru bisa nulis malem hari abis belajar...tiap nulis sampe tengah malem ditemenin Ibu... *thanks mam..uhuuux* setengah nge-fly nulis sambil merem akhirnya waktu melek tulisannya naiiiik ke atas kaya gunung... *alhamdulillah waktu itu sudah ditemukan penghapus bolpen and tip-x* sukur banget ga sia-sia amat berhasil menang dapet piala yang cukup tinggi gitu deh...alhamdulillah...

Kedua, waktu SMP, di awal masuk SMP, guru bahasa Indonesia kami waktu itu membagikan kami sebuah buku harian, dimana beliau mewajibkan kami untuk menulis setiap hari...dan dia akan periksa setiap kali ketemu... Ooooh kalo inget... dulu kita sih kerjaannya ngedumel, ga faham gitu apa maksudnya, kalo dia jelasin ya kita fikir "aaahhh teoriiii..." padahal yang ditulis boleh apa aja, mau curhat kek, puisi kek, nyalin berita di koran kek, ga masyalah... Nah baru setelah agak dewasa dikit *waktu SMP kan masi kecil...* baru sadar teryata memang dengan menulis banyak sekali manfaatnya, apalagi menulis artikel. Karena kita mau tidak mau terpaksa cari jalan cerita yang runtut, enak dibaca, informasi yang benar dan valid mengenai hal-hal yang kita tulis supaya materinya berisi en pastinya ga malu-maluin... dan dari kegiatan mencari itulah wawasan kita makin berkembang, karena biasanya pada saat mencari itulah kita menemukan hal-hal lain yang sebetulnya ga kita cari...tapi jadi nambah wawasan kita... *hayyaaah...*

Di bawah ini ada beberapa manfaat menulis yang ditemukan dar beberapa situs :

Menulis adalah usaha menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah simbol-simbol, yang makna dan aturan pemakaiannya telah disepakati, yang mengandung makna tertentu. Jadi ketika menulis, gagasan yang ada di benak kita ditransfer ke dalam simbol-simbol.

Sekarang apa manfaat menulis?


Pertama, tentu saja orang yang rajin menulis akan semakin canggih dalam mentransfer gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol. Semakin canggih artinya semakin mudah, semakin cepat, semakin efisien dan semakin akurat. Memang setiap orang yang bisa membaca pasti bisa menulis. Namun tulisan orang yang jarang membuat karangan dengan tulisan orang yang terbiasa menulis memiliki perbedaan. Perbedaan ini bukan dalam konteks kerapian atau banyak sedikitnya kesalahan ketik. Namun lebih pada kelugasan bahasa.

Orang yang sudah terbiasa menulis bisa mengontrol distribusi gagasan menurut jumlah kata/kalimat yang digunakan. Jika ia diminta membuat tulisan pendek, semua gagasan bisa dituangkan secara efektif. Ketika ia diminta membuat tulisan panjang, maka kesenjangan bobot makna antara satu kalimat/paragraf dengan kalimat/paragraf lain relatif sama. Berbeda dengan penulis pemula. Jika diminta membuat tulisan panjang, penulis pemula akan membuat kalimat padat makna pada satu bagian dan kalimat bertele-tele pada bagian lain.

Kedua, dengan menulis kita diajak untuk berpikir lebih runtut dan logis. Orang memang bisa membuat tulisan yang bolak-balik tidak karuan. Namun tulisan tersebut tidak akan laku dibaca. Membaca satu dua paragraf saja orang lain sudah pusing. Orang yang terbiasa menulis akan mampu menuangkan gagasannya secara lebih teratur. Dalam tulisan disebutkan dari mana mau ke mana. Misalnya dari A mau ke B. Apakah bisa langsung? Tidak. Mengapa? Disebutkan alasannya. Lalu bagaimana solusinya. Solusinya dari A ke C dulu, baru ke B. Mengapa harus C yang dipilih. Dan seterusnya. Semuanya direncanakan dengan runtut dan logis.

Ketiga, orang yang terbiasa menulis akan lebih menyukai cara sederhana, supaya pembacanya mudah memahami. Menurut saya, orang yang pintar menulis itu bukanlah orang yang memiliki perbendaharaan kata yang luar biasa, yang mampu menggunakan istilah-istilah super canggih. Justru orang-orang seperti itu sebenarnya tidak bisa menulis. Istilah-sitilah canggih itu digunakan untuk menutupi kebodohannya. Orang yang pintar menulis adalah orang yang bisa membahas tema-tema super pelik dengan gaya penyajian yang bisa dipahami anak yang sedang belajar membaca. Seorang ekonom saya nilai pintar menulis jika ia bisa menjelaskan hubungan topik-topik ekonomi makro dengan harga beras dan sayuran di Pasar Bringharjo Yogyakarta atau menghubungkannya dengan nasib para buruh kasar.

Keempat, dengan menulis kita diajak untuk menggali lebih dalam ilmu kita. Saya pernah membuat tulisan mengenai philantrophis. Apa artinya philantrophis? Nah disitulah saya mulai belajar. Apa maknanya, apa cirinya, mengapa mereka menjadi philantrophis, siapa saja yang disebut ekstreem philantrophis. Dengan menulis mengenai philantrophis, saya dikenalkan dengan dunia kedermawanan.

Kelima, dengan menulis kita diajak untuk mengamati sesuatu secara lebih luas. Akhir Desember 2010 ini kita mendengar ada banyak cuaca ekstrim, baik di Indonesia maupun di Eropa dan Amerika. Pertanyaannya adalah apakah kondisi di Indonesia dan di Eropa dan Amerika ini saling berhubungan. Mengapa ini terjadi, padahal tahun-tahun yang lalu tidak separah tahun ini. Apakah ada hubungannya dengan pemanasan global. Dan seterusnya.

Keenam, dengan menulis kita diajak untuk menggali makna dari sebuah peristiwa. Jika sebuah peristiwa buruk terjadi, kita diajak untuk mencari penyebabnya. Dari penyebab yang satu akan mengarah pada penyebab lainnya. Sampai akhirnya kita diajak untuk menemukan penyebab yang paling mendasar dari semua penyebab yang ada. Dengan menemukan penyebab yang paling mendasar ini kita akan mengetahui persoalan secara menyeluruh.

Dari keenam manfaat ini kita bisa menemukan satu manfaat besar dari kegiatan menulis, yaitu dengan menulis otak kita terus diasah. Diasah dalam hal kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa disekitar kita. Diasah dalam hal kejelian melihat sebuah peristiwa yang mungkin biasa terjadi. Diasah untuk mampu berpikir logis, menemukan hubungan sebab dan akibat. Diasah untuk mampu melihat pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa sehari-hari.

Bagaimana menulis menurut Islam?

Nabi saw bersabda: Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu benar-benar sihir. (HR Bukhari).

Budaya tulis menulis dalam Islam telah lahir sejak awal kelahiran Islam bahkan ketika sang nabi Muhammad belum diutus. Ketika beliau masih belia hingga remaja, tulisan-tulisan sastra para pujangga Arab begitu marak mewarnai kampung kelahiran beliau, Mekkah. Bahkan perlombaan penulisan syair digelar setiap tahunnya.

Setelah beliau diutus menjadi nabi sampai beliau wafat, beliau mulai gencar memerintahkan para sahabatnya untuk menulis setiap wahyu yang turun. Oleh karena itu, beliau mempersiapkan 60 sekretaris pribadi. Dari 60 sekretaris tersebut, ada 40 sekretaris yang diminta beliau untuk selalu standbay dan siap setiap saat mencatat setiap wahyu yang turun.

Pada jaman sahabat, penulisan mushaf yang diwariskan nabi terus berlangsung dengan model lain, yaitu menjadikan mushaf-mushaf yang dulunya benpencar –pencar di tangan para sekretaris menjadi satu. Mushaf itu disusun sedemikian rapi dan teratur hingga terbentuklah mushaf imami (usmani ) yang beredar sampai sekarang.

“Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.”

E. L. Doctorow quotes (American Author and Editor, b.1931)

Sooo... ayuk menulis lagiii... :)

Artikel lainnya :