Senin, 26 September 2016

Ber[sama DBD]-Lebaran di Rumah Sakit

Siapa tidak tahu demam berdarah dengue a.k.a DBD?

Sewaktu saya masih di usia SD, keluarga kami tinggal di suatu perumahan di pinggir kota jogjakarta. Di sanalah pertama kali saya mengenal DBD, penyakit yang merenggut nyawa anak salah seorang warga, anak kecil yang waktu itu usianya beberapa tahun di bawah saya.

Kurang lebih 25 tahun kemudian, saya harus menghadapi suatu kenyataan bahwa anak saya terkena penyakit tersebut. Ya, DBD. Diindikasi dari hasil cek darah NS1 Antigen (dengue) positif

Saya tidak akan menceritakan bagaimana secara detail penyakit tersebut menyerang alya, intinya seperti yang dapat ditemui pada berbagai sumber, trombosit atau platelet alya turun terus sampai dengan hari ke-5 setelah hari pertama terindikasi positif DBD. Pada hari ke-6 baru naik dan dibolehkan pulang dari RS. Bersamaan hasil cek lab indikasi positif DBD, waktu itu trombosit masih di 194rb, mencapai titik terendah pada hari ke-5 102rb dan pada hari ke-6 naik di 108rb Pada hari ke-10 kami cek lagi dan trombosit sudah di atas 150rb.

Sekedar berbagi aja barangkali ada sesama parents yang belum move on dari merutuki nasib, "anak saya pernah kena DBD", hikmah yang dapat diambil dari ujian DBD plus sekaligus pada saat lebaran, insyaAllah :

1. Bisa ber empati sama sesama parents yang anaknya terkena DBD. Tidak pernah menyalahkan, karena saya pun bingung kapan dan dimana anak saya terkena gigitan nyamuk, sementara alhamdulillah adiknya sehat.

2. Bisa berbagi tips dengan parents yang anaknya terkena DBD. Bagaimana menjaga kesabaran, bagaimana menjaga asupan anak supaya stabil selama trombosit turun, apa saja asupan yang dapat dicoba untuk membantu menaikkan trombosit.

3. Untuk parents yang pernah merayakan lebaran di RS, InsyaAllah tahun-tahun selanjutnya lebih memaknai hari-hari terakhir ramadhan dan hari raya dengan cukup berkumpul di rumah, beribadah, makan sahur dan berbuka di RUMAH bersama keluarga. Ceritanya kemaren meski dalam kondisi alya divonis positif dbd, demi birrul walidain, kami tetap mudik, tapi boro-boro rekreasi atau wisata kuliner, 6 hari terakhir ramadhan kemarin kami habiskan di rumah sakit menemani alya. Beda seperti tahun sebelumnya, setiap sore menjelang buka puasa selalu sibuk mencari ide kuliner 🙈
Tahun depan insyaAllah kami tidak terlalu sibuk dengan urusan duniawi yang tidak pas waktunya. Saat alya sakit kemarin barulah benar-benar habiskan waktu untuk tadarus menjelang buka puasa, Manusia memang tempatnya lengah dan lupa, apalagi di saat sehat dan senang hatinya; alhamdulillah Allah begitu baiknya mengingatkan kami.

4. Semakin bisa mensyukuri semua taqdir Allah adalah yang terbaik. Di malam takbir saya bersama alya di rumah sakit menikmati suara takbir dan terkadang percikan kembang api. Pupus sudah harapan untuk ikut sholat ied setelah pada sore hari itu hasil cek darah masih menunjukkan nilai trombosit yang masih turun. Masih bertanya-tanya dalam hati sebanyak apa dosa saya, rasanya berat sekali hukuman ini... sampai-sampai saya tidak boleh ikut sholat ied sama Allah.
Namun setelah saya renungkan lagi... Allah begitu baik menakdirkan saya harus menemani anak saya di rumah sakit selama saya LIBUR bekerja. Entah bagaimana kisahnya bila alya sakit pada saat bukan tanggal-tanggal liburan, pasti akan repot sekali kami mengatur jadwal jaga. Dan tentunya menguras energi.
Tepat di hari raya idul fitri, yang menurut beberapa kajian disebut sebagai hari kemenangan, alhamdulillah Allah seolah "memenangkan" doa kami, trombosit alya akhirnya naik dan boleh pulang dari RS.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi yaaa...

Minggu, 04 September 2016

Book review month 9 : Cabin Notes

Cabin Notes by Pratiwi Hidayat

Setelah 5 bulan tidak achieve target... akhirnya bulan ini berhasil pilih buku yang ringan aja... yang penting dibaca sampai tuntas #pfiuuuh...

Waktu kecil salah satu cita-cita saya adalah jadi pramugari. Mungkin karena saya tidak dilahirkan dari keluarga yang kaya raya... jadi... "naik pesawat" dulu adalah cita-cita saya. Rasanya ga mungkin banget bisa naik pesawat karena harga tiketnya pasti mahal sekali. Karena itulah mungkin melihat profesi pramugari rasanya asik sekali... bisa naik pesawat, dibayar pula, keliling dunia. Tapi waktu itu saya berfikir sepertinya tinggi badan pas-pas an... ya sudahlah. Makanya sampai saat ini saya masih selalu tertarik dengan yang berbau-bau naik pesawat.

Saat lihat judul buku ini, saya intip isinya... isinya kisah2 inspiratif dari yang dialami penulis langsung atau orang2 di sekitarnya. banyak ayat qur'an dan hadist. Ternyata pramugari yang menulis buku ini adalah seorang muslim. Namun banyak juga quote general, jadi buku ini seimbang.

Buku ini meluruskan pandangan sebagian orang yang berfikir bahwa profesi pramugari identik dengan kehidupan bebas dan glamour. Beberapa pramugari juga sholat di udara, menjalankan kewajibannya sebagai muslimah.

Penulis menceritakan beberapa kisah orang-orang yang dimulai atau mengalami musibah di tengah jalan. Dan musibah tidak perlu disesali. Bahkan kepada "penjahat" yang menyebabkan musibah pun sebisa mungkin jangan dianggap sebagai orang jahat... namun berfikirlah bahwa dia orang yang sedang sulit... atau menyulitkan kita... dan doakan, karena janji Allah itu pasti. "Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan"

Kuncinya adalah ikhlas. ikhlas dalam menerima kondisi baik dan buruk, mudah atau sulit. Ada satu bab yang menarik... ketika ikhlas dikisahkan seperti QS Al Ikhlas, dimana tidak ada satupun kata "ikhlas" di dalamnya.

Selain itu banyak kisah hikmah yaitu balasan Allah ketika seseorang menerima cobaannya dengan ikhlas, orang yang menjalani takdirnya dengan ikhlas, keajaiban penerbangan haji, dan juga orang yang tidak ikhlas membantu.

Hal yang bisa digarisbawahi adalah seperti hal nya pesawat yang pada saat akan take off harus punya tujuan yang jelas dan secara prinsip tujuan team pada setiap flight adalah sama yaitu menjamin keselamatan penerbangan, demikian juga hidup. Sebagai seorang muslim harus berpegang teguh pada prinsip... dalam hal ini adalah misi utamanya di dunia yang ada 3 yaitu beriman, beribadah dan berilmu yang bermanfaat untuk sesama. Dan hal lain yang berulang kali diingatkan oleh mba Tiwi adalah jangan sombong dan tetap bersyukur.

Buku ini juga menyisipkan fakta-fakta unik seputar dunia penerbangan. Seperti apakah pesawat bisa mundur, kenapa pada saat take off dan landing lampu redup, apakah pilot dan copilot makan makanan yang sama, apa yang dilakukan pramugari saat take off, dll.

Ringan tapi touchy...
Nice writing...

Artikel lainnya :