Rabu, 18 Februari 2015

Rasa yang tak terungkap

Teringat tepat setahun lalu, pagi itu hujan rintik-rintik. Aku masih ingat persis, jam pelajaran pertama, mata pelajaran matematika. Aku tak konsen lagi dengan rumus-rumus kalkulus itu. Tak sabar rasanya menunggu jam pulang sekolah untuk jalan berdua denganmu Dewi, ya... kau Dewi ku, meskipun belum jadi kekasihku, aku selalu berfikir bahwa kau adalah Dewi ku. Aku tak sabar menunggu siang itu, sudah kupersiapkan rangkaian kata indah untuk mengungkapkan perasaanku padamu. Senyuman dan tawa renyahmu pasti akan hangatkan suasana di tengah rintik hujan sepanjang hari.

Namun takdir berkata lain Dewi ku. Kata demi kata itu belum sempat terungkap. Sekarang aku, duduk tepat di sebelahmu, namun ku hanya bisa memandangmu. Tepat di depan gerbang sekolah, mobil itu begitu kencang hingga menyambar tubuhku begitu dahsyat, menghancurkan semua badanku. Dua menit kemudian kau datang Dewi, di saat jiwaku telah terlepas dari raga. Aku akan tetap setia, menunggumu Dewi, untuk mengungkapkan segala rasaku, walau 1000 tahun lamanya.

Tulisan ini dibuat dalam rangka #FF2in1 dari @tiket dan @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel lainnya :