Siapa tidak tahu demam berdarah dengue a.k.a DBD?
Sewaktu saya masih di usia SD, keluarga kami tinggal di suatu perumahan di pinggir kota jogjakarta. Di sanalah pertama kali saya mengenal DBD, penyakit yang merenggut nyawa anak salah seorang warga, anak kecil yang waktu itu usianya beberapa tahun di bawah saya.
Kurang lebih 25 tahun kemudian, saya harus menghadapi suatu kenyataan bahwa anak saya terkena penyakit tersebut. Ya, DBD. Diindikasi dari hasil cek darah NS1 Antigen (dengue) positif
Saya tidak akan menceritakan bagaimana secara detail penyakit tersebut menyerang alya, intinya seperti yang dapat ditemui pada berbagai sumber, trombosit atau platelet alya turun terus sampai dengan hari ke-5 setelah hari pertama terindikasi positif DBD. Pada hari ke-6 baru naik dan dibolehkan pulang dari RS. Bersamaan hasil cek lab indikasi positif DBD, waktu itu trombosit masih di 194rb, mencapai titik terendah pada hari ke-5 102rb dan pada hari ke-6 naik di 108rb Pada hari ke-10 kami cek lagi dan trombosit sudah di atas 150rb.
Sekedar berbagi aja barangkali ada sesama parents yang belum move on dari merutuki nasib, "anak saya pernah kena DBD", hikmah yang dapat diambil dari ujian DBD plus sekaligus pada saat lebaran, insyaAllah :
1. Bisa ber empati sama sesama parents yang anaknya terkena DBD. Tidak pernah menyalahkan, karena saya pun bingung kapan dan dimana anak saya terkena gigitan nyamuk, sementara alhamdulillah adiknya sehat.
2. Bisa berbagi tips dengan parents yang anaknya terkena DBD. Bagaimana menjaga kesabaran, bagaimana menjaga asupan anak supaya stabil selama trombosit turun, apa saja asupan yang dapat dicoba untuk membantu menaikkan trombosit.
3. Untuk parents yang pernah merayakan lebaran di RS, InsyaAllah tahun-tahun selanjutnya lebih memaknai hari-hari terakhir ramadhan dan hari raya dengan cukup berkumpul di rumah, beribadah, makan sahur dan berbuka di RUMAH bersama keluarga. Ceritanya kemaren meski dalam kondisi alya divonis positif dbd, demi birrul walidain, kami tetap mudik, tapi boro-boro rekreasi atau wisata kuliner, 6 hari terakhir ramadhan kemarin kami habiskan di rumah sakit menemani alya. Beda seperti tahun sebelumnya, setiap sore menjelang buka puasa selalu sibuk mencari ide kuliner 🙈
Tahun depan insyaAllah kami tidak terlalu sibuk dengan urusan duniawi yang tidak pas waktunya. Saat alya sakit kemarin barulah benar-benar habiskan waktu untuk tadarus menjelang buka puasa, Manusia memang tempatnya lengah dan lupa, apalagi di saat sehat dan senang hatinya; alhamdulillah Allah begitu baiknya mengingatkan kami.
4. Semakin bisa mensyukuri semua taqdir Allah adalah yang terbaik. Di malam takbir saya bersama alya di rumah sakit menikmati suara takbir dan terkadang percikan kembang api. Pupus sudah harapan untuk ikut sholat ied setelah pada sore hari itu hasil cek darah masih menunjukkan nilai trombosit yang masih turun. Masih bertanya-tanya dalam hati sebanyak apa dosa saya, rasanya berat sekali hukuman ini... sampai-sampai saya tidak boleh ikut sholat ied sama Allah.
Namun setelah saya renungkan lagi... Allah begitu baik menakdirkan saya harus menemani anak saya di rumah sakit selama saya LIBUR bekerja. Entah bagaimana kisahnya bila alya sakit pada saat bukan tanggal-tanggal liburan, pasti akan repot sekali kami mengatur jadwal jaga. Dan tentunya menguras energi.
Tepat di hari raya idul fitri, yang menurut beberapa kajian disebut sebagai hari kemenangan, alhamdulillah Allah seolah "memenangkan" doa kami, trombosit alya akhirnya naik dan boleh pulang dari RS.
Semoga bermanfaat dan menginspirasi yaaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar