Ibu Bekerja: Antara Karir, Keluarga, dan Diri Sendiri
by Marina Gardenia on Thursday, August 12, 2010 at 6:08pm
Catetan ini bisa dibaca... di saat kita mulai bimbang (lagi) mustinya resign atau nggak...
Dear Ladies...
Ini dari detik.com hari ini ya, semoga kita tetap istiqomah*), ammiiiiiiiinnn............
*)Istiqomah berarti berpegang kepada agama dengan kuat, berjalan di atas jalan sesuai petunjuk Allah dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan. Firman Allah: "Maka istiqomahlah (tetaplah pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersamamu." (QS Hûd [11]: 112).
- - -
Kamis, 12/08/2010 08:43 WIB
Ibu Bekerja: Antara Karir, Keluarga, dan Diri Sendiri
Jakarta - "Allah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu (manusia), siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, yakni pekerjaannya." (QS 67: 2)
"Membereskan tempat tidur, menyiapkan sarapan bagi anak dan suami, memasak air untuk mandi, menyiapkan bekal bagi anak-anak sekolah, menitipkan menu makanan hari ini pada si mbak, membereskan tas kerja." Begitu pasti yang ada di benak para ibu bekerja setiap pagi.
Setiap hari rasanya konsentrasi seorang ibu bekerja terpecah ke berbagai arah, dari memperhatikan tumpukan tugas di kantor, memperhatikan pekerjaan rumah tangga, hingga membagi perhatian pada suami dan anak-anak, belum lagi memperhatikan kebutuhan diri sendiri. Inginnya semua dilakukan dengan sempurna. Tapi mungkinkah?
Menuntut kesempurnaan diri hanya akan menghasilkan rasa frustasi yang justru akan berpengaruh buruk pada diri sendiri dan lingkungan. Coba sikapi keadaan dengan bijak dengan terus menerus mengupayakan keseimbangan dalam menjalankan berbagai kewajiban seoptimal mungkin. Yang penting, sisipkan cinta pada setiap kegiatan. Melakukan pekerjaan dengan cinta akan membuat segalanya menjadi lebih ringan.
Selain itu di bawah ini ada beberapa cara yang dapat membantu seorang ibu bekerja menjaga keseimbangannya dalam melakukan berbagai kewajiban, antara lain: Seorang ibu bekerja adalah manajer yang paling tangguh dan handal, karena terbiasa mengorganisir waktu yang hanya sedikit untuk memenuhi berbagai tuntutan.
Jika hasilnya belum memuaskan, coba tata ulang manajemen waktu yang telah dilakukan. Jangan sungkan mengakui bahwa Anda tak mampu melakukan semuanya sendiri. Coba carilah orang lain yang dapat membantu, atau ajak suami dan si kecil untuk ikut terlibat.
Permudah hidup dengan mencari peralatan kerja yang menunjang Anda ber-multitasking jika memungkinkan. Misalnya cari mesin cuci yang juga ada pengeringnya, atau handphone dengan fitur yang super-lengkap. Buatlah prioritas untuk mempermudah dalam memilih pekerjaan mana yang harus didahulukan. Minta bantuan suami jika Anda terjebak antara pekerjaan yang penting dengan urusan keluarga.
Jangan lupa untuk selalu menjadwalkan waktu untuk diri sendiri, misalnya merawat diri di spa atau sekedar window shopping di mal. Jika Anda merasa bahagia dengan diri Anda sendiri, maka kebahagiaan itu akan menular ke keluarga. Anda pun kembali siap menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. (esthi Nimita) (ilustrasi: viky)
(Bahan: Perempuan – M Quraish Shihab, 2005 dan sumber lain)
Wanita Bekerja Menurut Islam
Tidak ditemukan satu teks keagamaan yang jelas dan pasti, baik dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah yang mengarah pada larangan bagi perempuan untuk bekerja walau di luar rumahnya.
Bahkan seorang pakar hukum Islam mesir, Abu Zahrah, menulis: "Islam tidak menentang perempuan bekerja. Hanya saja, yang harus perempuan perhatikan adalah bahwa pekerjaan pokoknya adalah membina rumah tangga. Karena perempuanlah yang mampu melindungi rumah tangga dengan kasih sayang mereka. Perempuanlah yang mendidik anak-anak mereka dan membekali mereka dengan perasaan-perasaan positif menyangkut masyarakat. Perempuanlah yang menanamkan kepada anak-anak jiwa keharmonisan dengan masyarakat sehingga anak-anak itu dapat tumbuh berkembang di tengah masyarakat dengan mencintai anggotanya serta dicintai oleh anggota masyarakatnya."
Sehingga pada prinsipnya, seorang perempuan boleh bekerja. Hanya saja harus diperhatikan pendapat suami terhadap pekerjaan, juga dampak pekerjaan tersebut pada anak-anak.
(Artikel ini merupakan kerkjasama dengan www.alifmagz.com)
( gst / nvt )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar